Inti
Sari Dharma Wacana
Karya
Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa
Pakraman Banyuatis
(Minggu,
21 Oktober 2018)
Oleh: Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa
Oleh: Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa
Om
Swastiastu,
Istilah Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini sudah
sangat dikenal oleh umat Hindu di Bali. Upacara ini bukanlah dresta atau
kebiasaan, tetapi merupakan pelaksanaan Sastra Agama Hindu. Dalam berbagai
lontar disebutkan, bahwa Ngusaba Desa wajib dilaksanakan oleh Desa Pakraman.
Sedangkan Ngusaba Nini dilaksanakan oleh Subak. Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini
sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kahyangan Desa dan/atau Kahyangan Tiga
yang ada di wilayah Desa Pakraman.
Dalam pelaksanaanya, upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba
Nini dapat dilaksanakan pada tingkatan Nista, Madya, dan Utama. Tingkatan
tersebut sangat perlu dipertimbangkan sesuai dengan situasi dan kondisi atau
Desa Kala Patra. Bagi Desa Pakraman yang belum pernah melaksanakan upacara
Ngusaba, diharapkan dapat mengambil upacara mulai dari tingkatan Nista. Hal ini
sesuai dengan lontar Dewa Tatwa, yang menyebutkan bahwa pelaksanaan Ngusaba
Desa dan Ngusaba Nini dilaksanakan mulai dari tingkatan Nista. Hal ini
dimaksudkan agar jangan ada keterkejutan dan loncatan yang mengagetkan pada
Krama Desa Pakraman. Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan untuk kurun waktu
tertentu dilakukan lagi upacara Ngusaba dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Fakta menunjukkan bahwa Desa Pakraman Banyuatis belum
pernah mengadakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Oleh karena itu,
disarankan agar memulai dengan tingkatan yang kecil atau Nista. Tingkatan
upacara tersebut ditinjau dari sarana yang digunakan. Sedangkan kualitas (mutu)
upacara diukur dari ketulusan dan keikhlasan sang Yajamana atau yang mengadakan
upacara. Jadi, perbedaan Nista, Madya, dan Utama adalah berdasarkan kuantitas
sarana bebanten (uparangga) yang digunakan, bukan dari kualitas pelaksanaan upacara. Dengan, demikian jika upacara
dilaksanakan dengan ketulusan, keikhlasan, kerendahan hati, kasih sayang, dan penuh kesucian,
maka tingkatan yang kecilpun akan menghasilkan upacara yang Utama.
Pada prinsipnya, tujuan utama pelaksanaan Upacara
Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah agar Tanah dan Air yang ada wilayah Desa
Pakraman Banyuatis, mencapai kesucian dan kesuburan puncaknya. Karena yang menjadi Ista Dewata dalam Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah Dewa Wisnu dan saktinya Dewi Sri
(Pertiwi). Dewa Wisnu adalah perwujudan air sedangkan Dewi Pertiwi adalah
perwujudan tanah. Karena pada hakikatnya hidup dan kehidupan ini semua ditopang oleh keberadaan Air dan Tanah.
Kesucian dan kesuburan air dan tanah inilah yang telah menjadikan
Desa Pakraman Banyuatis seperti saat ini. Oleh karena itu, sudah saatnya Krama
Desa Pakraman Banyuatis untuk sadar akan rakhmat dan karunia yang selama ini
telah dilimpahkan oleh Yang Maha Pengasih, Penyayang, dan Pemurah. Limpahan
rakhmat dan karunia, kesucian dan kesuburan ini patut disyukuri melalui
pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Pendek kata, kita patut
mengucapkan terima kasih atas karunia yang telah dilimpahkan. Inilah pesan dari
beberapa Sastra Agama Hindu, sepert Lontar Widi Tatwa, Kusuma Dewa, dan Widi
Sastra.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Desa Pakraman
Banyuatis sangat perlu melaksanakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini.
Karena, sejak kebaradaan Desa Pakraman Banyuatis upacara dimaksud belum pernah
dilaksanakan. Menurut Lontar Kusuma Dewa, disebutkan dalam satu siklus kehidupan
manusia, Krama Desa minimal dapat mengikuti dan melaksanakan satu kali upacara Ngusaba
Desa dan Ngusaba Nini di wilayah Desa Pakramannya. Hal inilah yang patut
dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan upacara dimaksud.
Hal penting yang juga terjadi dalam upacara Ngusaba
adalah kebersamaan. Ngusaba berasal dari kata Saba yang artinya rapat atau
berkumpul. Dalam upacara Ngusaba Desa semua perwujudan Hyang Widi, yakni Ida
Bhatara berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung untuk menganugrahkan keselamatan,
kesuburan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi Krama Desa Pakraman. Ini adalah
momentum yang sangat tepat untuk mewujudkan kebersamaan, kekeluargaan, dan
kedamaian.
Semua pralingga Ida Bhatara yang ada di Dadia, Panti, dan Merajan, berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung. Kondisi ini akan menghadirkan
kebersamaan dan vibrasi kesucian yang sangat utama. Krama Desa mengucapkan rasa
Angayu Bagia dengan menunjukkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widi atas segala rakhmat dan karunianya. Dalam kenteks inilah, maka
pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini di Desa Pakraman Banyuatis
sangat relevan dan urgen dilaksanakan.
Demikianlah secara ringkas inti sari Dharma Wacana dari
Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini.
Upacara ini akan dilaksanakan oleh Desa Pakraman Banyuatis yang puncaknya jatuh
pada Purnama Kadasa, Rabu, 20 Maret 2019. Semoga upacara ini menjadi awal yang Mulia
untuk Memulai Kemuliaan dalam mewujudkan Desa Pakraman Banyuatis yang saling asah asih asuh, paras-paros, sagilik saguluk
salunglung sabayantaka demi Karahayuan dan Karahajengan.
Video lengkap Dharma Wacana Ida Pandita Dukuh Acarya
Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun
2019, dapat disaksikan dengan meng-klik link berikut:
Om Santih Santih Santih Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar