Laman

MENINGKATKAN RASA SALING ASAH ASIH ASUH, PARAS-PAROS SARPANAYA, SAGILIK SAGULUK, SALUNGLUNG SABAYANTAKA, UNTUK MEWUJUDKAN DESA PAKRAMAN BANYUATIS YANG SEJAHTERA DAN DAMAI.

Sabtu, 02 Maret 2019

Mengapa Ngusaba Desa?


Inti Sari Dharma Wacana
Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis
(Minggu, 21 Oktober 2018)
Oleh: Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa
Om Swastiastu,
Istilah Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini sudah sangat dikenal oleh umat Hindu di Bali. Upacara ini bukanlah dresta atau kebiasaan, tetapi merupakan pelaksanaan Sastra Agama Hindu. Dalam berbagai lontar disebutkan, bahwa Ngusaba Desa wajib dilaksanakan oleh Desa Pakraman. Sedangkan Ngusaba Nini dilaksanakan oleh Subak. Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kahyangan Desa dan/atau Kahyangan Tiga yang ada di wilayah Desa Pakraman.
Dalam pelaksanaanya, upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini dapat dilaksanakan pada tingkatan Nista, Madya, dan Utama. Tingkatan tersebut sangat perlu dipertimbangkan sesuai dengan situasi dan kondisi atau Desa Kala Patra. Bagi Desa Pakraman yang belum pernah melaksanakan upacara Ngusaba, diharapkan dapat mengambil upacara mulai dari tingkatan Nista. Hal ini sesuai dengan lontar Dewa Tatwa, yang menyebutkan bahwa pelaksanaan Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini dilaksanakan mulai dari tingkatan Nista. Hal ini dimaksudkan agar jangan ada keterkejutan dan loncatan yang mengagetkan pada Krama Desa Pakraman. Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan untuk kurun waktu tertentu dilakukan lagi upacara Ngusaba dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Fakta menunjukkan bahwa Desa Pakraman Banyuatis belum pernah mengadakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Oleh karena itu, disarankan agar memulai dengan tingkatan yang kecil atau Nista. Tingkatan upacara tersebut ditinjau dari sarana yang digunakan. Sedangkan kualitas (mutu) upacara diukur dari ketulusan dan keikhlasan sang Yajamana atau yang mengadakan upacara. Jadi, perbedaan Nista, Madya, dan Utama adalah berdasarkan kuantitas sarana bebanten (uparangga) yang digunakan, bukan dari kualitas pelaksanaan upacara. Dengan, demikian jika upacara dilaksanakan dengan ketulusan, keikhlasan, kerendahan hati, kasih sayang, dan penuh kesucian, maka tingkatan yang kecilpun akan menghasilkan upacara yang Utama.
Pada prinsipnya, tujuan utama pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah agar Tanah dan Air yang ada wilayah Desa Pakraman Banyuatis, mencapai kesucian dan kesuburan puncaknya. Karena yang menjadi Ista Dewata dalam Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah Dewa Wisnu dan saktinya Dewi Sri (Pertiwi). Dewa Wisnu adalah perwujudan air sedangkan Dewi Pertiwi adalah perwujudan tanah. Karena pada hakikatnya hidup dan kehidupan ini semua ditopang oleh keberadaan Air dan Tanah.
Kesucian dan kesuburan air dan tanah inilah yang telah menjadikan Desa Pakraman Banyuatis seperti saat ini. Oleh karena itu, sudah saatnya Krama Desa Pakraman Banyuatis untuk sadar akan rakhmat dan karunia yang selama ini telah dilimpahkan oleh Yang Maha Pengasih, Penyayang, dan Pemurah. Limpahan rakhmat dan karunia, kesucian dan kesuburan ini patut disyukuri melalui pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Pendek kata, kita patut mengucapkan terima kasih atas karunia yang telah dilimpahkan. Inilah pesan dari beberapa Sastra Agama Hindu, sepert Lontar Widi Tatwa, Kusuma Dewa, dan Widi Sastra.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Desa Pakraman Banyuatis sangat perlu melaksanakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Karena, sejak kebaradaan Desa Pakraman Banyuatis upacara dimaksud belum pernah dilaksanakan. Menurut Lontar Kusuma Dewa, disebutkan dalam satu siklus kehidupan manusia, Krama Desa minimal dapat mengikuti dan melaksanakan satu kali upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini di wilayah Desa Pakramannya. Hal inilah yang patut dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan upacara dimaksud.
Hal penting yang juga terjadi dalam upacara Ngusaba adalah kebersamaan. Ngusaba berasal dari kata Saba yang artinya rapat atau berkumpul. Dalam upacara Ngusaba Desa semua perwujudan Hyang Widi, yakni Ida Bhatara berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung untuk menganugrahkan keselamatan, kesuburan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi Krama Desa Pakraman. Ini adalah momentum yang sangat tepat untuk mewujudkan kebersamaan, kekeluargaan, dan kedamaian.
Semua pralingga Ida Bhatara yang ada di Dadia, Panti, dan Merajan, berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung. Kondisi ini akan menghadirkan kebersamaan dan vibrasi kesucian yang sangat utama. Krama Desa mengucapkan rasa Angayu Bagia dengan menunjukkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widi atas segala rakhmat dan karunianya. Dalam kenteks inilah, maka pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini di Desa Pakraman Banyuatis sangat relevan dan  urgen dilaksanakan.
Demikianlah secara ringkas inti sari Dharma Wacana dari Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Upacara ini akan dilaksanakan oleh Desa Pakraman Banyuatis yang puncaknya jatuh pada Purnama Kadasa, Rabu, 20 Maret 2019.  Semoga upacara ini menjadi awal yang Mulia untuk Memulai Kemuliaan dalam mewujudkan Desa Pakraman Banyuatis yang saling asah asih asuh, paras-paros, sagilik saguluk salunglung sabayantaka demi Karahayuan dan Karahajengan.
Video lengkap Dharma Wacana Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019, dapat disaksikan dengan meng-klik link berikut:
Om Santih Santih Santih Om.




Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar