Laman

MENINGKATKAN RASA SALING ASAH ASIH ASUH, PARAS-PAROS SARPANAYA, SAGILIK SAGULUK, SALUNGLUNG SABAYANTAKA, UNTUK MEWUJUDKAN DESA PAKRAMAN BANYUATIS YANG SEJAHTERA DAN DAMAI.

Selasa, 12 Maret 2019

Nyengker Setra (Eedan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019)


Om Swastyastu,
Setelah upacara matur piuning, nuasen karya, dan mlaspas uparangga/tetaring, maka inti Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019 mulai digelar. Pada Soma Keliwon Uye, Senin, 11 Maret 2019 dilaksanakan dua rangkaian upacara secara berbarengan, yakni Nunas Tirtha, Nyangling, Saha Pakuluh dan Nyengker Setra.
Nunas Tirtha serangkaian Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019 dilaksanakan di Kahyangan Jagat dan Dang Kahyangan. Nunas Tirtha dilaksanakan di Pura Besakih, Pura Batur, Pura Lempuyang Luhur, dan Pura Sida Karya (Sesetan). Penentuan Pura Kahyangan Jagat tersebut adalah atas petunjuk Wiku Dangacharya yang memberikan tuntunan dalam melaksanakan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini.
Melalui paruman pemangku Desa Pakraman Banyuatis, maka ditetapkan juga untuk nunas tirtha di Pura Pulaki, Pura Danu Tamblingan, Pura swagina dan kahyangan desa di sekitar Desa Pakraman Banyuatis. Pembagian tugas telah ditetapkan jauh hari sebelumnya, sehingga dapat berjalan dengan baik.
Pada waktu yang telah ditetapkan, Soma Keliwon Uye, Senin, 11 Maret 2019, Krama Desa (pemangku) yang ditunjuk mempersiapkan diri sejak pukul 05.00 Wita dan berangkat menuju tujuan masing-masing. Setelah melaksanakan tugas, karma desa (pemangku) kembali ke Pura Desa lan Puseh dan tirtha Kahyangan Jagat tersebut disanggra (disambut) oleh Pemangku Pura Desa lan Puseh untuk disimpan dan ditempatkan di Meru atau Gedong.
Pada hari yang sama,  Soma Keliwon Uye, Senin, 11 Maret 2019 juga dilaksanakan Upacara Nyengker Setra. Upacara ini adalah salah satu eedan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019. Upacara ini dilaksanakan di setra dan Pura Prajapati Desa Pakraman Banyuatis yang dipuput oleh Ida Bhagawan Agra sagening. Seluruh Krama Desa mengikuti upacara tersebut sejak pukul 08.00 wita dengan sarana bhakti canang sari/canang sebtsari/canang raka sesuai dengan kemampuan. Upacara ini dimaksudkan agar sang pitara tidak mengganggu atau menghalangi pelaksanaan karya dimaksud. Melalui upacara ini juga diharapakan agar sang pitara bersama-sama ikut meyasa kerthi agar Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis dapat berjalan dengan baik.
Demikianlah upacara Nunas Tirtha, Nyangling, Saha Pakuluh dan Nyengker Setra yang merupakan eedan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019. Masih banyak dan panjang eedan karya berikutnya, yakni Mendak Dewa Nini, Pengarcanan Ida Betara Sami Lunga Ke Pura, Negteg Karya Saha Nyangling, Mepepada, Memben Tawur, Tawur Balik Sumpah, Melasti Saha Mendak Siwi, Mapepada Saha Memben Karya, Puncak Karya Ngusaba Desa Mapahayu Nini, Panganyar, Nyenuk, Mekebat Daun Lan  Panyineban. Oleh karena itu diharapkan kepada Krama Desa Pakraman Banyuatis di manapun berada dapat pedek tangkil ngaturang bhakti. Dumogi Rahayu lan Rahajeng.
Om Santih Santih Santih Om.
Bersambung ….

Selengkapnya.. »»  

Awal Perjalanan Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini


Om Swastyastu,
Sejak keberadaan Desa Pakraman Banyuatis, baru kali inilah Karya Agung dan Suci, Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini, dapat dilaksanakan. Karya ini adalah wujud yadnya yang bertujuan mengembalikan kesucian, kesuburan, dan keharmonisan di wilayah Desa Pakraman Banyuatis, sekala niskala, bhuana alit dan bhuana agung. Tingkatan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini yang dilaksanakan adalah Tingkatan Madya. Oleh karena itu, pelaksanaan Karya Agung dan Suci ini patut dijadikan momentum oleh Krama Desa untuk menunjukkan Sradha dan Bhakti sehingga memperoleh Kerahayuan, Kerahajengan, dan Jagadhita dalam Kehidupan.
Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis dimulai dari tanggal 19 Februari 2019 sampai dengan 23 Maret 2019. Dengan durasi yang cukup panjang, diharapkan Krama Desa Pakraman Banyuatis, dimanapun berada dapat mengatur waktu dan kesempatan untuk pedek tangkil melaksanakan persembahyangan sebagai wujud Sradha dan Bhakti. Sehingga dalam satu siklus kehidupan sebagai manusia dan sekaligus sebagai krama desa dapat mengikuti dengan tulus dan ikhlas Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini yang puncaknya dilaksanakan pada Purnama Kadasa, Buda Wage Menail, 20 Maret 2019.
Mengawali Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019, maka pada Anggara Keliwon Tambir, 19 Februari 2019, bertepatan dengan Purnama Kasanga, dilaksanakan Upacara Matur Piuning saha Nuasen Karya. Upacara ini dipuput Pamangku Kahyangan Desa dan dilaksanakan di Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Banyuatis. Upacara ini dimaksudkan memohon permakluman (Atur Piuning) bahwa Krama Desa Pakraman Banyuatis berketetapan hati akan melaksanakan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Dalam upacara ini Krama Desa memohon perkenan serta tuntunan agar Karya Agung dan Suci tersebut dapat terlaksana sesuai harapan dan tanpa halangan. Sejak saat ini Krama Desa Pakraman Banyuatis di manapun berada, wajib melaksanakan Yasa Kerthi baik dalam bentuk Perilaku maupun Upacara/Upakara agar keagungan dan kesucian Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini dapat diwujudnyatakan.
Dalam rangka mempersiapkan uparangga dan/atau tetaring, Krama Desa Pakraman Banyuatis secara bergilir ngaturang ayah (bergotong royong). Prawartaka Karya (panitia) yang telah dibentuk mengkoordinir jalannya kegiatan ngayah. Pekerjaan yang demikian agung dan suci, memang tidak dapat diselesaikan satu atau dua hari. Krama desa hampir setiap hari ada yang ngayah sepanjang dua minggu untuk mendukung Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Kebersamaan dan Kekeluargaan adalah kunci kesuksesan yadnya. Inilah yang selalu dikumandangkan oleh Bendesa dalam memotivasi karma desa.
Akhirnya, pada Saniscara Pon Matal, 09 Maret 2019, uparangga dan/atau tetaring dapat disucikan melalui Upacara Mlaspas Uparangga. Upacara ini dipuput oleh Pemangku Kahyangan Desa dan dilaksanakan di Pura Desa lan Puseh. Maksud upacara ini adalah agar semua sarana dan prasarana pendukung Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini, bersih dan suci sekala dan niskala.
Demikianlah langkah awal Krama Desa Pakraman Banyuatis dalam mempersiapkan dan melaksanakan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Langkah awal yang mulia ini adalah semata-mata untuk memulai kemuliaan. Oleh karena itu dukungan yang tulus dan ikhlas dari Krama Desa Pakraman Banyuatis di manapun berada, baik material maupun spiritual sangat diharapkan. Dana Punia, baik dalam bentuk Dharmadana, Widyadana, dan Arthadana adalah wujud nyata dukungan dimaksud. Semoga Krama Desa Pakraman Banyuatis selalu dalam Kerahayuan dan Kerahajengan. Om Anobadrah Kratawo Yantu Wiswatah.
Om Santih Santih Santih Om.
Bersambung ke perjalanan berikutnya ….


Selengkapnya.. »»  

Senin, 04 Maret 2019

Mulianya Dana Punia


A. Pendahuluan

Dana punia berasal dari kata Dana dan Punia. Dana artinya pemberian dan Punia artinya selamat, baik, bahagia, indah dan suci. Dengan demikian Dana Punia adalah pemberian yang tulus ikhlas dilandasi kesucian. Pada hakikatnya, Dana Punia adalah wujud sradha dan bhakti kepada Hyang Widi, yang Maha Pangasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemurah.

B. Landasan Dana Punia

Ajaran Dana Punia adalah amanat kitab suci Veda, “vasudhaivakutumbakam”, bahwa semua makhluk bersaudara. Beberapa sastra Agama Hindu yang melandasi implementasi Dana Punia, yakni:

1) Manawadharmasastra

a) triswapye tesu dattam hi widhina apyarjitam dhanam,
datur bhawatyan arthaya paratra daturewa ca.
artinya:
Walaupun harta itu dperoleh sesuai kepatutan menurut hukum (dharrna), tetapi jika tidak didermakan (disedekahkan/ diamalkan/ berdana punia) kepada yang layak, akan terbenam ke kawah neraka. (Manawadharmasastra IV. 193).

b) sraddhayestam ca purtam ca
nityam kuryada tandritah,
craddhakrite hyaksaye te
bhawatah swagatairdhanaih.
artinya:
Hendaklah tidak jemu-jemu berdana punia dengan penuh keyakinan. Jika memperoleh harta dengan cara yang benar, lalu didermakan, maka akan memperoleh tempat tertinggi (Moksa). (Manawadharmasastra IV.226).

c) yena yena tu bhawena yadyaddanam prayacchati,
tattattenaiwa bhawena prapnoti pratipujitah.
artinya:
Apapun niatnya untuk berdana punia, pahala itu akan diperolehnya di kemudian hari. (Manawadharmasastra IV. 234).

2) Sarasamucaya

a) na mata na pita kincit kasyacit pratipadyate,
danapathyodano jantuh svakarmaphalamacnute.
artinya :
Barang siapa yang memberikan dana punia, maka ia sendirilah yang akan menikmati buah (pahala) dan kebajikannya itu. (Sarasamuccaya 169).

b) na danadduskaratam trisu lokesu vidyate,
arse hi mahati trsna sa ca krcchrena labhyate.
artinya :
Sebab di dunia ini, tidak ada yang lebih sulit daripada berdana punia (bersedekah), karena kuatnya keterlekatan hati dengan harta benda yang diperoleh dengan usaha keras.

c) dhanani jivitam caica pararthe prajna ut srajet,
sannimittam varam tyago vinace niyate sati.
artinya :
Tindakan orang yang tinggi pengetahuanya adalah tidak sayang merelakan kekayaan untuk kesejahteraan umum. Karena, sesungguhnya maut pasti datang dan tidak ada sesuatu yang kekal.

d) yasya pradanavandhyani dhananyayanti yanti ca,
sa lohakarabhastreva cvannapi na jivati ”
artinya :
Kekayaan seseorang datang dan pergi (mengalami pasang surut), bila tidak dipergunakan untuk berdana punia, maka ibarat orang mati yang masih bernapas. (Sarasamuccaya 179).

C. Jenis, Waktu, dan Kualitas Dana Punia

Dana Punia dapat berbentuk materi dan nonmateri. Secara umum ada tiga jenis Dana Punia, yakni:
1) Dharmadana, adalah memberikan budi pekerti yang luhur untuk merealisasikan ajaran dharma;
2)  Widyadana, adalah memberikan ilmu pengetahuan;
3) Arthadana, adalah memberikan materi atau harta benda yang didasari dengan rasa tulus dan ikhlas, serta diperoleh dengan jalan dharma.

Waktu yang mulai dalam memberikan Dana Punia, disebutkan dalam kitab suci Sarasamuccaya, yakni:

ayanesu ca yaddattam sadacitimukhesu ca,
candrasuryoparage ca visuve ca tadaksayam. 
(Sarasamuccaya 183)
artinya :
Waktu yang baik melakukan dana punia adalah:
a)  Uttarayana, adalah saat matahari berada di utara katulistiwa, (tepatnya saat purnama dan tilem);
b)  Wisuwakala, adalah saat matahari tepat berada di khatulistiwa, (tepatnya purnama dan tilem);
c) Daksinayana, adalah saat matahari berada diselatan khatulistiwa, (tepatnya purnama dan tilem);
d) Saat gerhana matahari dan gerhana bulan.

Kualitas Dana Punia, dijelaskan dalam kitab suci Bhagawadgita, yakni:

1)  datavyam iti yad danam
diyate ’nupakarine
dese kale ca patre ca
tad danam sattvikam smrtam. (Bhagawadgita XVII.20)
artinya :
Sedekah yang diberikan tanpa mengharap kembali, dengan keyakinan sebagai kewajiban untuk memberikan pada tempat, waktu dan penerima yang berhak, disebut sattvika.

2)  yat tu pratyupakarartham
phalam uddisya va punah,
diyate ca pariklistam
tad danam rajasam smrtam. (Bhagawadgita XVII.21)
artinya :
Sedekah yang diberikan dengan harapan untuk didapat kembali atau memperoleh keuntungan dikemudian hari dan dengan perasaan kesal untuk memberikanya, sedekah seperti itu dinamakan rajasa.

3)  adesa-kale yad danam
apatrebhyas ca diyate,
asat-krtam avajnatam
tat tamasam udahrtam. (Bhagawadgita XVII.22)
artinya :
Dan sedekah yang diberikan pada kesempatan dan waktu yang salah kepada mereka yang tidak berhak, tanpa menghormati atau dengan penghinaan, dinamakan tamasa.

D. Penutup

Dana Punia adalah tindakan mulia untuk memuliakan semua makhluk. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan dengan ketulusan dan keikhlasan tanpa pamrih. Karena pahala dari Dana Punia adalah sebuah kepastian yang akan diterima, baik saat ini maupun di masa datang. Pahala yang membawa kehidupan dalam kebahagiaan.
Dana Punia dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Tetapi, kitab suci Agama Hindu merekomendasikan agar melaksanakan Dana Punia pada hari-hari suci, seperti Purnama, Tilem, dan hari suci lainnya. Jika dilaksanakan pada waktu, keadaan, dan orang yang tepat, disertai dengan ketulusan dan keikhlasan, maka terwujudlah Dana Punia yang Satwika. Om Anobdrah Kratawo Yanthu Wiswatah.


Selengkapnya.. »»  

Minggu, 03 Maret 2019

Nyepi Tahun 2019 di Desa Pakraman Banyuatis


Om Swastiastu,
Dengan memanjatkan puji syukur atas asung kerta wara nugraha Hyang Widi, berikut diinformasikan hal-hal berkaitan dengan Nyepi tahun 2019. Informasi ini disampaikan berdasarkan surat PHDI Provinsi Bali Nomor 011/PHDI.Bali/I/2019, tanggal 10 Januari 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 dan hasil keputusan rapat prajuru Desa Pakraman Banyuatis, pada 24 Februari 2019, sebagai berikut.
1) Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 jatuh pada Hari Kamis, 07 Maret 2019;
2) Melis/Melasti/Mekiyis dilaksanakan dari hari Rabu-Jumat, (4 - 6 Maret 2019), diatur Prajuru Desa Pakraman masing-masing;
    Untuk Desa Pakraman Banyuatis, diatur sebagai berikut:
    Senin, 04-03-2019: Mamendak (pukul 15.00 – selesai)
    Selasa, 05-03-2019: Melasti di pantai Umanyar (pukul 07.00 – selesai)
3) Ida Bhatara nyejer di Pura Desa/Bale Agung sampai tanggal 06 Maret 2019, dan setelah selesai Ngaturang Tawur Kesanga, kembali ke Kahyangan masing-masing;
4) Upacara Tawur Kesanga di Desa Pakraman pada Tilem Kesanga Saka 1940, pada:
Rabu, 06 Maret 2019, menggunakan Caru Panca Sata di Catuspata pada waktu ”Sandi Kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
Untuk Desa Pakraman Banyuatis Tawur Kasanga dilaksanakan di Catus Pata Desa (Area parker Pura Puseh Bale Agung Desa Pakraman Banyuatis), 15.00 – selesai.
5) Di tingkat Banjar Pakraman menggunakan Caru Eka Sata yaitu Ayam Brumbun dengan olahan urip 33 (Urip Bhuwana) di Catuspata pada waktu ”Sandi Kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
6) Di Merajan/Sanggah
Menghaturkan Banten Pejati Sakasidan (semampunya) dan di natar depan pelinggih: segehan Agung Atanding (Segehan Cacahan 11/33 Tanding) dan dipersembahkan kepada Sang Bhuta Bhucari;
7) Di halaman/natah rumah
Menghaturkan Segehan Manca Warna 9 tanding dengan olahan ayam brumbun, disertai tetabuhan tuak, arak, berem dan tirta yang didapatkan dari desa setempat, dihaturkan pada Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja;
8) Di jaba/lebuh (depan pintu masuk halaman rumah),
Menghaturkan:
à Segehan Cacahan 108 tanding, ulam jejeron matah dilengkapi Segehan Agung, tetabuhan tuak, arak, berem, air tawar dari desa setempat, dihaturkan kepada Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala;
à Semua segehan dihaturkan pada saat ”sandi kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
à Di sanggah cucuk dihaturkan peras daksina tipat kelanan.
9) Semua anggota keluarga (kecuali yang belum meketus) mebiyakala dan meprayascita di halaman rumah, dilanjutkan dengan pengrupukan (mabuu-buu) dengan sarana api (obor), bunyi-bunyian (kulkul bambu, dll), bawang, mesui, jangu.
10) Jika ada umat Hindu yang melaksanakan upacara Piodalan/Pujawali di Merajan/ Sanggah atau Pura, maka:
à Dilaksanakan dengan upacara tingkat terkecil dan dilaksanakan sedini mungkin saat ”Galang Kangin” (pukul 06.00 Wita);
à Upacara dipimpin Pemangku dengan meminimalkan penggunaan api/dupa, tetabuhan gong dan Dharmagitha;
à Cukup dilaksanakan oleh Pengempon yang berdomisili dekat dengan Pura, umat lainnya cukup ngayat dari rumah;
Demikian informasi ini disampaikan, dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan Tawur Agung Kasanga dan Perayaan Nyepi Tahun Saka 1941. Dumogi Rahayu, Rahajeng, lan Jagadhita risajeroning kahuripan.
Om Santih Santih Santih Om.

Selengkapnya.. »»  

Sabtu, 02 Maret 2019

Mengapa Ngusaba Desa?


Inti Sari Dharma Wacana
Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis
(Minggu, 21 Oktober 2018)
Oleh: Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa
Om Swastiastu,
Istilah Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini sudah sangat dikenal oleh umat Hindu di Bali. Upacara ini bukanlah dresta atau kebiasaan, tetapi merupakan pelaksanaan Sastra Agama Hindu. Dalam berbagai lontar disebutkan, bahwa Ngusaba Desa wajib dilaksanakan oleh Desa Pakraman. Sedangkan Ngusaba Nini dilaksanakan oleh Subak. Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kahyangan Desa dan/atau Kahyangan Tiga yang ada di wilayah Desa Pakraman.
Dalam pelaksanaanya, upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini dapat dilaksanakan pada tingkatan Nista, Madya, dan Utama. Tingkatan tersebut sangat perlu dipertimbangkan sesuai dengan situasi dan kondisi atau Desa Kala Patra. Bagi Desa Pakraman yang belum pernah melaksanakan upacara Ngusaba, diharapkan dapat mengambil upacara mulai dari tingkatan Nista. Hal ini sesuai dengan lontar Dewa Tatwa, yang menyebutkan bahwa pelaksanaan Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini dilaksanakan mulai dari tingkatan Nista. Hal ini dimaksudkan agar jangan ada keterkejutan dan loncatan yang mengagetkan pada Krama Desa Pakraman. Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan untuk kurun waktu tertentu dilakukan lagi upacara Ngusaba dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Fakta menunjukkan bahwa Desa Pakraman Banyuatis belum pernah mengadakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Oleh karena itu, disarankan agar memulai dengan tingkatan yang kecil atau Nista. Tingkatan upacara tersebut ditinjau dari sarana yang digunakan. Sedangkan kualitas (mutu) upacara diukur dari ketulusan dan keikhlasan sang Yajamana atau yang mengadakan upacara. Jadi, perbedaan Nista, Madya, dan Utama adalah berdasarkan kuantitas sarana bebanten (uparangga) yang digunakan, bukan dari kualitas pelaksanaan upacara. Dengan, demikian jika upacara dilaksanakan dengan ketulusan, keikhlasan, kerendahan hati, kasih sayang, dan penuh kesucian, maka tingkatan yang kecilpun akan menghasilkan upacara yang Utama.
Pada prinsipnya, tujuan utama pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah agar Tanah dan Air yang ada wilayah Desa Pakraman Banyuatis, mencapai kesucian dan kesuburan puncaknya. Karena yang menjadi Ista Dewata dalam Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini adalah Dewa Wisnu dan saktinya Dewi Sri (Pertiwi). Dewa Wisnu adalah perwujudan air sedangkan Dewi Pertiwi adalah perwujudan tanah. Karena pada hakikatnya hidup dan kehidupan ini semua ditopang oleh keberadaan Air dan Tanah.
Kesucian dan kesuburan air dan tanah inilah yang telah menjadikan Desa Pakraman Banyuatis seperti saat ini. Oleh karena itu, sudah saatnya Krama Desa Pakraman Banyuatis untuk sadar akan rakhmat dan karunia yang selama ini telah dilimpahkan oleh Yang Maha Pengasih, Penyayang, dan Pemurah. Limpahan rakhmat dan karunia, kesucian dan kesuburan ini patut disyukuri melalui pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Pendek kata, kita patut mengucapkan terima kasih atas karunia yang telah dilimpahkan. Inilah pesan dari beberapa Sastra Agama Hindu, sepert Lontar Widi Tatwa, Kusuma Dewa, dan Widi Sastra.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Desa Pakraman Banyuatis sangat perlu melaksanakan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Karena, sejak kebaradaan Desa Pakraman Banyuatis upacara dimaksud belum pernah dilaksanakan. Menurut Lontar Kusuma Dewa, disebutkan dalam satu siklus kehidupan manusia, Krama Desa minimal dapat mengikuti dan melaksanakan satu kali upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini di wilayah Desa Pakramannya. Hal inilah yang patut dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan upacara dimaksud.
Hal penting yang juga terjadi dalam upacara Ngusaba adalah kebersamaan. Ngusaba berasal dari kata Saba yang artinya rapat atau berkumpul. Dalam upacara Ngusaba Desa semua perwujudan Hyang Widi, yakni Ida Bhatara berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung untuk menganugrahkan keselamatan, kesuburan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi Krama Desa Pakraman. Ini adalah momentum yang sangat tepat untuk mewujudkan kebersamaan, kekeluargaan, dan kedamaian.
Semua pralingga Ida Bhatara yang ada di Dadia, Panti, dan Merajan, berkumpul di Pura Puseh dan Bale Agung. Kondisi ini akan menghadirkan kebersamaan dan vibrasi kesucian yang sangat utama. Krama Desa mengucapkan rasa Angayu Bagia dengan menunjukkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widi atas segala rakhmat dan karunianya. Dalam kenteks inilah, maka pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini di Desa Pakraman Banyuatis sangat relevan dan  urgen dilaksanakan.
Demikianlah secara ringkas inti sari Dharma Wacana dari Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Upacara ini akan dilaksanakan oleh Desa Pakraman Banyuatis yang puncaknya jatuh pada Purnama Kadasa, Rabu, 20 Maret 2019.  Semoga upacara ini menjadi awal yang Mulia untuk Memulai Kemuliaan dalam mewujudkan Desa Pakraman Banyuatis yang saling asah asih asuh, paras-paros, sagilik saguluk salunglung sabayantaka demi Karahayuan dan Karahajengan.
Video lengkap Dharma Wacana Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa tentang Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis Tahun 2019, dapat disaksikan dengan meng-klik link berikut:
Om Santih Santih Santih Om.




Selengkapnya.. »»  

Kronologis Rencana Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis 2019


Om Swastiastu, Atas asung kerta wara nugraha Ida Sanghyang Widi Wasa, malantaran manah suci, Prawartka Karya Ngusabha Desa saha Mapahayu Nini menginformasikan kronologis rencana pelaksanaan karya dimaksud. Informasi ini disampaikan agar dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi Krama Desa Pakraman Banyuatis terhadap pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini. Sehingga, ada kesamaan pikiran dan kesatuan tindakan dari Krama Desa Pakraman Banyuatis dalam melaksanakan Karya/Upacara dimaksud. Muara dari semua ini adalah agar Krama Desa Pakraman Banyuatis selalu dalam kerahayuan dan kerahajengan.

Secara nonformal, dari komonikasi, informasi, dan  diskusi dengan para pangelingsir, pamangku, dan tokoh masyarakat Desa Pakraman Banyuatis, rencana pelaksanaan Karya Ngusabha Desa sudah menjadi wacana sejak tahun 2015. Wacana tersebut selalu hadir setiap ada pembahasan Piodalan di Pura Dalem-Prajapati atau Desa-Puseh. Dan, wacana tersebut semakin menguat dengan adanya rencana dukungan dana Rp200.000.000  untuk Karya Ngusaba Desa pada saat Sima Krama Prajuru dengan Krama Purantara dan Tokoh Masyarakat Desa Pakraman Banyuatis pada Hari Raya Galungan dan Kuningan pada tanggal 6 September 2016.

Berkaitan dengan hal tersebut, prajuru Desa Pakraman Banyuatis secara cepat mengakomodasi dukungan tersebut dengan menyusun dan mengirimkan proposal bantuan untuk Upacara Ngusabha Desa sebesar Rp200.000.000. Bantuan hibah tersebut diajukan kepada Gubernur Bali yang difasilitasi oleh tokoh masyarakat Desa Pakraman Banyuatis di Denpasar.  Bantuan hibah tersebut, diajukan pada tanggal 8 Februari 2017.

Secara formal rencana pelaksanaan Karya Ngusabha Desa tercetus pada rapat Manggala Desa Dinas dan Desa Pakraman Banyuatis, pada Minggu, 13 Mei 2018 di Bale Gong Pura Dalem Desa Pakraman Banyuatis. Pada saat itu diputuskan membentuk panitia inti yakni 1) Pengarah:  Nyoman Suisma (Bendesa) dan Ir. Made Mangku Jasaratha (Perbekel), 2) Ketua:  Jro Komang Wirahadi, 3) Wakil Ketua I: Jro Made Agus Susila dan Wakil Ketia II: Putu Arya, 4) Sekretaris:  Gede Putra Adnyana, 5) Bendahara:  Dewa Gede Susastrawan, 6) Anggota: Ketut darmika , Dewa Made Suadnyana, Manggala LPD, 7) Seksi Upacara: Jro Gede Winda (Koordinator), dan 8) Seksi Banten: Jro Made Astini (Koordinator).

Informasi tentang Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini dilanjutkan pada Paruman Desa Pakraman Banyuatis, tentang penyampaian LPJ kegiatan dan keuangan Desa Pakraman Banyuatis tanggal 1 Juni 2018 (Sukra, Paing, Dungulan). Pada saat itu Bendesa menginformasikan tentang rencana melaksanakan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini yang puncaknya akan dilaksanakan pada Purnama Kadasa Tahun 2019, tepatnya tanggal 20 Maret 2019. Krama desa yang hadir menyatakan persetujuannya terhadap rencana tersebut.

Persiapan dan pembahasan tentang rencana pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini terus dilakukan. Pada rapat Prajuru Desa Pakraman Banyuatis, Minggu, 24 Juni 2018 di Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Banyuatis, memperkuat tentang rencana pelaksanaan Karya tersebut. Keputusan rapat menyepakati pelaksanaan Upacara Ngusaba Desa Mapahayu Nini pada Purnama Kadasa,  20 Maret 2019 bertempat di Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Banyuatis. Pada saat itu dibuat jadwal kegiatan sebagai berikut.
No
Waktu
Uraian Kegiatan
1.
Mei 2018
Persiapan awal dan pembentukan panitia inti
2.
Juni 2018
Penyusunan panitia lengkap dan rencana kerja
3.
Juli 2018
Penetapan sulinggih dan matur ke Geriya
4.
Agustus 2018
Darma Wacana saking sulinggih
5.
Sept. 2018
Penetapan Dudonan acara dan anggaran biaya
6.
Oktober-Des. 2018
Persiapan Piodalan Pura Dalem-Prajapati (Tilem Kalima, 7 November 2018)
7
Januari-April 2019
Persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan Ngusabha Desa Mapahayu Nini (Puncak karya, Puranama Kadasa, 20 Maret 2019)

Koordinasi terus dilakukan dan pada Minggu, 15 Juli 2018 dilaksankan Rapat Prawartaka Karya Ngusabha Desa saha Mapahayu Nini. Keputusan rapat saat itu adalah:
1) Tingkatan Karya yang dilaksanakan adalah Madya;
2) Rencana tangkil ke griya sulinggih (Wiku Dangacarya) pada hari Minggu, 22 Juli 2018, dan yang tangkil adalah 1) Nyoman Suisma, 2) Jro Komang Wirahadi, 3) Jro Made Agus Susila, 4) Putu Arya, 5) Jro Gede Winda, dan 6) Jro Nyoman Driputra

Setelah tangkil ke Geriya dilanjutkan dengan melaksanakan Dharma Wacana. Berkaitan dengan hal tersebut, pada Minggu, 7 Oktober 2018, dialaksanakan pertemuan panitia di Pura Dalem Desa Pakraman Banyuatis, untuk membahas rencana Dharma Wacana. Hasil rapat memutuskan bahwa Dharma Wacana berkaitan dengan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini, dilaksanakan pada Minggu, 21 Oktober 2018. Dharma Wacana mengundang Ida Pandita Dukuh Acarya Dhaksa dari Padukuhan Samiaga Denpasar.  

Demikian kronologis rencana pelaksanaan Karya Ngusaba Desa saha Mapahayu Nini Desa Pakraman Banyuatis tahun 2019. Semoga informasi ini menjadi awal yang Mulia untuk Memulai Kemuliaan.
Om Santih Santih Sanith Om.
 (Oleh: Prawartaka Karya)

Selengkapnya.. »»