Kata Ngusaba berasal
dari kata “usaba” yang berarti upacara selamatan Desa atau Subak. Jadi Ngusaba
adalah melaksanakan upacara selamatan Desa atau Subak (Kamus Bali Indonesia
1990; 782). Ada dua macam Upacara Ngusaba yang umum, Nusaba Desa dan Ngusaba
Nini
Ngusaba
Desa dilaksanakan pada lahan kering yang berfungsi untuk menyucikan karang
desa termasuk tanah pemukiman yang ada didalamnya. Sebagai pendukung dan
pelaksana upacara adalah Krama Desa dibawah Koordinasi Bendesa adat dan
Prajuru, dan Pelaksanaannya di Pura bale Agung.
Sedangkan Ngusaba
Nini atau Ngusaba Sri dilaksanakan pada lahan basah atau tanah
persawahan serta abian, yang pelaksanaannya dikoordinir oleh krama subak, yang
bertujuan sebagai ungkapan terima kasih atas keberhasilan pertanian. Upacara
ini dipusatkan di Pura Bedugul atau Masceti.
LONTAR
TENTANG NGUSABA
1)
Lontar Usana Dewa
”.....
penyakit-penyakit berat merajalela, kehancuran suatu kerajaan bersama
pemerintahannya, desa mengalami kehancuran dan para pemimpinnya mengalami
pendek umur, penyakit tidak henti-henti. Ada cara untuk penyuciaannya yaitu
patut melaksanakan upacara Ngusaba Desa disertai Ngusaba Nini.”
2)
Lontar Kusuma Dewa
”.....
Negara atau daerahnya kena noda atau keletehan yang tidak henti-hentinya
memikul dosa itu, menemui sakit-sakit yang terkutuk tidak putus-putusnya
menderita sakit yang berat seperti runtuhnya raja, runtuhnya para pemimpin,
penduduk atau warga desa pendek umurnya, cepat tua. Jika demikian keadaannya
patutlah diupacarai atau disucikan Negara dan daerah itu supaya selamat,
kembali seperti semula lagi, dengan melaksanakan upacara Ngusaba Desa
disertai Ngusaba Nini ..... ”
3)
Lontar Dharma Pemacul
”.....
inilah tanda-tandanya suatu wilayah menemui kehancuran akan selalu ditimpa
berbagai penyakit (kameranan) dan penyakit-penyakit yang berat (gering Agung),
para raja dan pemimpin-pemimpin bawahannya berturut-turut ditimpa kematian,
masyarakat desa pada umumnya berumur pendek, ada upacara penyelamatan
bumi/daerah yaitu melakukan upacara Ngusaba Desa disertai Ngusaba Nini”.
4)
Lontar Dewa Tatwa
”Patutlah
melaksanakan upacara Ngusaba Desa disertai dengan Ngusaba Nini setipa
tahun, janganlah kamu berhenti melakukan upacara yang akan menyebabkan
makmurnya dunia, supaya berhasil pertanian itu setiap masa”.
5)
Lontar Dharma Pesawahan
”.........Ada
cara penyucian dunia (daerah) yang kena musibah yaitu dengan mengadakan
upacara Ngusaba Desa disertai Ngusaba Nini setiap tahun sesuai
tingkat upacara Nista, madia , Utama yang membuat kesejahteraan dunia
menyebabkan cemerlangnya dunia, karena tetap suburnya tanah, kekalnya suatu
kerajaan bersama pemerintahannya sampai pada pemimpin-pemimpinnya, dunia
panjang umur, bhaktilah rakyat kepada raja”.
SUBHA
DEWASA PELAKSANAAN NGUSABA
Pelaksanaan
Ngusaba memerlukan subha Dewasa atau hari yang baik. Menurut Rontal ”Dewa
Tatwa” ada dinyatakan sebagai berikut:
”Memulai
upacara Ngusaba Desa disertai Ngusaba Nini supaya disatukan,
itulah persembahan yang utama”.
Sesuai
dengan petunjuk ajaran Widhisastra, pada hari Purnama sasih kedasa disebut
Merthabumi, airnya murah terus mengalir, pertanian berhasil dengan baik sampai
pada Tilemnya, dan Purnama Sasih Kapat adalah sangat baik, tetapi
kalau pada sasih kasa adalah madia atau sedang, jika sasih Jyesta (11) dan
sasih sada (12) adalah paling buruk disebut Durghamerta, seperti menghaturkan
kotoran kehadapan para Dewa”.
Dalam Pustaka
”Wariga Dewasa” dinyatakan bahwa:
”Sasih
Kapat (Oktober), Kawolu (Pebruari) saat itu matahari tepat lurus d ruang
Angkasa (Matahari tepat di atas Kepala) itulah merupakan Utamanya Dewasa atau
hari yang sangat baik. Karena hari itu beryoganya semua Dewa dan Para Resi,
SangHyang Pramesti Guru, Ciwa, Sada Siwa, Parama Ciwa dan Widyadara Widyadari.
Dst.................”
Dari
Kutipan – Kutipan Pustaka tersebut di atas, bahwa Subha Dewasa untuk
melaksanakan Upacara Ngusaba baik Ngusaba Desa ataupun Ngusaba Nini pada Purnama
Sasih Kapat, Purnama Sasih Kawolu dan Purnama sasih kedasa,
tergolong Utama dan sangat baik. Sedangkan Purnama sasih Jyesta dan sada
tergolong sangat buruk dan patut dihindari.
(dari berbagai sumber)
Jadilah Desa Pakeraman Banyuatis Milenial Terdepan mengkawal warisan seni budaya adiluhung berbasis Agama Hindu Universal
BalasHapus