Laman

MENINGKATKAN RASA SALING ASAH ASIH ASUH, PARAS-PAROS SARPANAYA, SAGILIK SAGULUK, SALUNGLUNG SABAYANTAKA, UNTUK MEWUJUDKAN DESA PAKRAMAN BANYUATIS YANG SEJAHTERA DAN DAMAI.

Minggu, 03 Maret 2019

Nyepi Tahun 2019 di Desa Pakraman Banyuatis


Om Swastiastu,
Dengan memanjatkan puji syukur atas asung kerta wara nugraha Hyang Widi, berikut diinformasikan hal-hal berkaitan dengan Nyepi tahun 2019. Informasi ini disampaikan berdasarkan surat PHDI Provinsi Bali Nomor 011/PHDI.Bali/I/2019, tanggal 10 Januari 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 dan hasil keputusan rapat prajuru Desa Pakraman Banyuatis, pada 24 Februari 2019, sebagai berikut.
1) Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 jatuh pada Hari Kamis, 07 Maret 2019;
2) Melis/Melasti/Mekiyis dilaksanakan dari hari Rabu-Jumat, (4 - 6 Maret 2019), diatur Prajuru Desa Pakraman masing-masing;
    Untuk Desa Pakraman Banyuatis, diatur sebagai berikut:
    Senin, 04-03-2019: Mamendak (pukul 15.00 – selesai)
    Selasa, 05-03-2019: Melasti di pantai Umanyar (pukul 07.00 – selesai)
3) Ida Bhatara nyejer di Pura Desa/Bale Agung sampai tanggal 06 Maret 2019, dan setelah selesai Ngaturang Tawur Kesanga, kembali ke Kahyangan masing-masing;
4) Upacara Tawur Kesanga di Desa Pakraman pada Tilem Kesanga Saka 1940, pada:
Rabu, 06 Maret 2019, menggunakan Caru Panca Sata di Catuspata pada waktu ”Sandi Kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
Untuk Desa Pakraman Banyuatis Tawur Kasanga dilaksanakan di Catus Pata Desa (Area parker Pura Puseh Bale Agung Desa Pakraman Banyuatis), 15.00 – selesai.
5) Di tingkat Banjar Pakraman menggunakan Caru Eka Sata yaitu Ayam Brumbun dengan olahan urip 33 (Urip Bhuwana) di Catuspata pada waktu ”Sandi Kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
6) Di Merajan/Sanggah
Menghaturkan Banten Pejati Sakasidan (semampunya) dan di natar depan pelinggih: segehan Agung Atanding (Segehan Cacahan 11/33 Tanding) dan dipersembahkan kepada Sang Bhuta Bhucari;
7) Di halaman/natah rumah
Menghaturkan Segehan Manca Warna 9 tanding dengan olahan ayam brumbun, disertai tetabuhan tuak, arak, berem dan tirta yang didapatkan dari desa setempat, dihaturkan pada Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja;
8) Di jaba/lebuh (depan pintu masuk halaman rumah),
Menghaturkan:
à Segehan Cacahan 108 tanding, ulam jejeron matah dilengkapi Segehan Agung, tetabuhan tuak, arak, berem, air tawar dari desa setempat, dihaturkan kepada Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala;
à Semua segehan dihaturkan pada saat ”sandi kala” (sekitar jam 18.30 Wita);
à Di sanggah cucuk dihaturkan peras daksina tipat kelanan.
9) Semua anggota keluarga (kecuali yang belum meketus) mebiyakala dan meprayascita di halaman rumah, dilanjutkan dengan pengrupukan (mabuu-buu) dengan sarana api (obor), bunyi-bunyian (kulkul bambu, dll), bawang, mesui, jangu.
10) Jika ada umat Hindu yang melaksanakan upacara Piodalan/Pujawali di Merajan/ Sanggah atau Pura, maka:
à Dilaksanakan dengan upacara tingkat terkecil dan dilaksanakan sedini mungkin saat ”Galang Kangin” (pukul 06.00 Wita);
à Upacara dipimpin Pemangku dengan meminimalkan penggunaan api/dupa, tetabuhan gong dan Dharmagitha;
à Cukup dilaksanakan oleh Pengempon yang berdomisili dekat dengan Pura, umat lainnya cukup ngayat dari rumah;
Demikian informasi ini disampaikan, dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan Tawur Agung Kasanga dan Perayaan Nyepi Tahun Saka 1941. Dumogi Rahayu, Rahajeng, lan Jagadhita risajeroning kahuripan.
Om Santih Santih Santih Om.

Artikel Terkait:

2 komentar: